Rabu, 27 Agustus 2008

API DAN ASAP

Suatu ketika, ada sebuah kapal yang tenggelam diterjang badai.
Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali
satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung.
Namun, nasib baik belum berpihak pada pria ini. Dia terdampar
pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni, sendiri, dan tak
punya bekal makanan.

Dia terus berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya.
Setiap saat,dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada
kapal yang datang merapat. Sayang, pulau ini terlalu
terpencil. Hampir tak ada kapal yang mau melewatinya.

Lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berharap.
Lalu, untuk menghangatkan badan, ia membuat perapian,
sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempatnya
beristirahat. Dibuatnya ruman-rumahan, sekedar tempat
untuk melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat,
agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.

Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan.
Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok
dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya.
Namun, ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar,
rata dengan tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar,
karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung
tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam.
Pria ini berteriak marah,
"Ya Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa?...
Mengapa?". Teriaknya melengking menyesali nasib.

Tiba-tiba... terdengar peluit yang ditiup.
Tuittt.....tuuitttt . Ternyata ada sebuah kapal yang
datang. Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa
orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya ini.
Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya,
"Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini?
Mereka menjawab, "Kami melihat simbol asapmu!!"

Teman, sangat mudah memang bagi kita, untuk marah saat
musibah itu tiba.

Nestapa yang kita terima, tampak akan begitu berat,
saat terjadi dan berulang-ulang. Kita memang bisa memilih
untuk marah, mengumpat, dan terus mengeluh. Namun, teman,
agaknya kita tak boleh kehilangan hati kita.
Sebab, Tuhan selalu ada pada hati kita, walau dalam
keadaan yang paling berat sekalipun.